Karakter Penari Reog Ponorogo

Ponorogo Tourism

Karakter Penari Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut dan Ponorogo dianggap sebagai bumi asal mula Reog yang sebenarnya. Kesenian ini menjadi sumber inspirasi sebuah perjuangan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Menurut versi bantarangin kesenian reog Ponorogo menceritakan tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana (Raja Bantarangin) melamar Dewi Songgolangit (Putri Raja Kediri)

Dalam pentasnya kesenian Reog Ponorogo terdiri dari beberapa unsur penari yang berperan sesuai dengan karakter masing – masing di antaranya :

Pertama : Pembarong adalah penari yang menggambarkan singo barong dari kerajaan Lodaya dalam drama Singobarong digambarkan sebagai musuh dari Prabu Kelana Sewandana ketika hendak melamar Dewi Songgolangit, versi lain singo barong menjadi simbol dari Kertabumi dan diatasnya terdapat burung merak hingga menyerupai kipas besar yang menyimbolkan pengaruh kuat dari permaisurinya.

Kedua : Kelana Sewandana adalah penari yang menggambarkan sosok raja dari kerajaan Bantarangin, kerajaan yang dipercaya berada di wilayah barat Ponorogo tepatnya di Desa Sumoroto Kecamatan Kauman. Sosok Prabu Kelana Sewandana digambarkan dengan topeng bermahkota, wajah berwarna merah, mata besar melotot dan kumis tipis. Prabu Kelana Sewandana memiliki senjata andalan yaitu berupa pecut samandiman, berbentuk tongkat lurus dari rotan berhias jabug dari sayet warna merah diselingi kuning sebanyak lima atau tujuh buah, dalam versi bantarangin Prabu Kelana Sewandana ingin melamar putri Kediri namun dalam perjalanan di hadang oleh Singo Barong ( raja lodaya ), yang kemudian Singo Barong berhasil dikalahkan oleh Prabu Kelana Sewandana dengan senjata pamungkasnya pecut samandiman

Ketiga : Patih Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang energik dalam Seni Reyog Ponorogo. Sosok yang kocak sekaligus mempunyai keahlian lebih dalam seni bela diri. Sehingga dalam setiap pertunjukan Reyog Ponorogo, penampilannya selalu ditunggu – tunggu oleh penonton khususnya di kalangan anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang patih muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti. Secara fisik Bujang Ganong digambarkan bertubuh kecil, pendek dan berwajah buruk, berhidung besar, mata bulat besar melotot, bergigi tonggos dan berambut panjang gimbal. Bertingkah kocak sekehendak hati mengikuti gamelan, menggoda barongan reog, jathil dan juga berinteraksi menggoda penonton. Bujang Ganong, meskipun secara fisik cenderung buruk rupa, tapi mempunyai kualitas yang tinggi. Sakti dan mumpuni, loyalitas tanpa batas namun lembut dan jenaka, terampil, serba bisa dan cerdas. Seorang abdi dan perwira tinggi sekaligus pamong yang penuh dedikasi, rendah hati, jujur, tulus tanpa pamrih.

Keempat : Warok dalam pentas lebih terlihat sebagai pengawal Prabu Kelana Sewandana atau punggawa Raja Kelana Sewandana. Sosok warok muda digambarkan sedang berlatih adu kesaktian, mengelola ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada, kumis dan jambang lebat serta tatapan mata yang tajam. Sementara warok tua digambarkan sedang mengawasi warok muda yang sedang berlatih. Warok tua digambarkan berbadan kurus, berjanggut putih panjang dan berjalan menggunakan tongkat.

Kelima : Jathil adalah penggambaran prajurit berkuda dalam cerita kesenian reog. Jathil dibawakan oleh beberapa penari perempuan muda dengan menggunakan eblek jaranan yang terbuat dari anyaman bambu. Pada masa lalu jathil dibawakan oleh penari laki-laki muda dengan rias wajah perempuan bahkan dengan gerakan lemah gemulai seperti perempuan. Jathil dengan penari laki-laki ini berlangsung lama hingga pada tahun 1980an penari jathil laki-laki ini kemudian diganti dengan perempuan muda karena alasan keindahan dan kepatutan. Keberadaan jathil dalam kesenian reyog tidak lepas dari cerita tentang Klono Sewandono yang mencoba memenuhi salah satu persyaratan Dewi Songgolangit yang meminta 144 prajurit berkuda.

Keenam : Pengrawit adalah pemain musik (gamelan) yang berperan sebagai pengiring musik reog yang terdiri dari beberapa alat musik seperti gong, kendang, kempul, kenong, tipung, angklung dan slompret serta diikuti oleh wirosworo yang memeriahkan dengan memberi semangat kepada para penari reog. Pagelaran ini dapat di lihat pada Festival Reyog Nasional, Festival Reyog Mini, Pentas Reyog Bulan Purnama, Grebeg Suro, Hari Jadi Kabupaten Ponorogo, Gelar Budaya, Upacara adat dan berbagai acara penting  lainnya.

Share This: