Ditutup Dengan Meriah, Grebeg Suro dan Festival Budaya Bumi Reyog Sukses Laksanakan Misi Pelestarian Tradisi dan Pengembangan Pariwisata
Ponorogo – Perayaan Grebeg Suro dan Peringatan Hari Jadi ke-523 Kabupaten Ponorogo tahun ini terasa lebih spesial karena adanya peningkatan skala acara dengan turut diadakannya Festival Budaya Bumi Reyog. Event yang baru digelar tersebut merupakan hasil kerjasama Pemkab Ponorogo dengan Platform Indonesiana, sebuah platform kebudayaan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Secara keseluruhan, jumlah total kegiatan dari dua event besar tersebut menjadikan acara tahunan di Ponorogo ini menjadi salah satu festival dengan durasi penyelenggaraan terpanjang yang pernah ada.
Diantara banyak sajian pada malam puncak sekaligus penutupan, pengumuman juara Festival Reyog Mini XVII dan Festival Nasional Reyog Ponorogo XXVI menjadi yang selalu dinanti. Tahun ini, Piala Bergilir Suromenggolo III berhasil dimenangkan oleh grup reyog Singo Sumowicitro SMPN 2 Kauman, yang mewakili Kecamatan Kauman pada ajang FRM XVII. Sementara itu di ajang FNRP XXVI, Reyog Brawijaya dari Universitas Brawijaya Malang sekali lagi membuktikan diri sebagai penyaji terbaik sekaligus membawa pulang Piala Bergilir Presiden RI. Ini menjadikan Reyog Brawijaya sebagai pemilik piala tersebut sebagai piala tetap, usai memenangkannya dalam tiga tahun berturut-turut.
Malam penutupan menjadi semakin berkesan dengan kehadiran Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak. Disambut oleh Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, Emil Dardak tampak begitu menikmati sajian pagelaran penutupan Grebeg Suro kali ini. Dalam sambutannya, Emil Dardak menyebut bahwa Ponorogo dan Trenggalek (kampung halaman Emil Dardak) adalah saudara. Kedekatannya dengan Ponorogo pun membuatnya cukup sering berkunjung untuk berbagai keperluan. Terakhir ia pun mengucapkan selamat kepada Kabupaten Ponorogo atas hari jadi yang ke-523 tahun.
Selama penyelenggaraannya, Grebeg Suro dan Festival Budaya Bumi Reyog (FBBR) 2019 menggelar lebih dari 30 event dalam 11 hari, mulai 21 Agustus hingga 1 September kemarin. FBBR sendiri digelar bersama Platform Indonesiana sebagai upaya pelestarian sekaligus pengembangan seni Reyog Ponorogo sebagai warisan budaya bangsa. Melalui ajang ini, Kemdikbud RI dan Pemkab Ponorogo ingin agar Reyog Ponorogo tak luntur menjadi identitas masyarakat Ponorogo. Selain itu, melalui berbagai kegiatan diskusi, seminar, pameran, dan juga perlombaan, FBBR bertujuan untuk menjaga nilai tradisi Reyog Ponorogo tetap lestari bersamaan dengan pengembangannya sebagai sebuah karya seni. – NM