Terowongan Bawah Tanah Desa Gegeran Siap Terima Investor

Ponorogo Tourism

Terowongan Bawah Tanah Desa Gegeran Siap Terima Investor

Ponorogo – Berbicara mengenai potensi wisata alam di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia, seolah tiada habisnya. Bumi Reyog, selain memiliki kebudayaan seni tari yang sudah mendunia berupa Reyog, lalu kearifan lokal yang masih terjaga, juga banyak situs sejarah yang sangat unik serta layak menjadi wisata alam dan budaya yang tentu sayang jika tidak dikunjungi. Karena hal itu mengandung banyak pesan dari pendahulu agar Ponorogo terus jaya dan lestari.

Pada kesempatan kali ini, Jurnalis Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) mencoba menelusuri salah satu situs peninggalan pendahulu Ponorogo, berupa saluran irigasi alami yang dibangun pada zaman yang sulit untuk disebutkan. Karena keberadaan terowongan air yang berukuran diameter 4 meter dengan panjang 800 meter dan berada di bawah permukaan tanah 17 meter kebanggaan desa, Gegeran, Kecamatan Sukorejo masih terjaga alami dan memiliki sejarah luhur.

Murjito salah satu penjaga situs alami itu mengisahkan, saluran air mirip goa yang mampu mengaliri persawahan keempat desa di perbatasan desa Gegeran itu, sudah ada semenjak nenek moyang pendahulunya. Kini ia dan warga serta pemerintah desa terus berusaha semampu mereka untuk terus menjaga dan mengembangkannya sebagai potensi wisata.

“Kalau tahun pembuatannya, sulit disebutkan karena sudah ada sebelum zaman Belanda Mas,” kata Murjito kepada Jurnalis Disbudparpora, Jumat (09/10/2020).

Mbah Murjito, sapaan akrab pria berumur 71 tahun, tokoh yang dituakan warga desa Gegeran, mengisahkan saluran irigasi air bawah tanah yang seperti goa dengan panjang 800 meter tersebut terbentuk saat Ki Ageng Mangge pada zamannya, mengadakan sayembara dengan kententuan, siapa saja yang mampu mengalirkan air sungai ke ladang pertaniannya, maka akan dijadikan mantunya.

“Ada dua yang mengikuti sayembara, yakni ki Joko Dolok dan Ki Jogo Dongos. Ki Joko dolok juga membuat saluran air namun tidak sampai ke ladang yang dituju. Nah Ki Joko dongos yang mampu membuat irigasi, namun dibuat dibawah tanah yang bisa dilihat sekarang ini,” terangnya.

Ia melanjutkan sebenarnya sayembara dimenangkan Ki Joko Dongos, namun karena putri Ki Mangge menolak Ki Joko Dongos. Pembuatan saluran sempat dihambat dengan mengibarkan kain merah dan membuat kegaduhan berupa suara orang menumbuk padi.

“Jadi, waktunya itu dari malam sampai pagi. Hampir-hampir sama dengan legenda Bandung Bondowoso. Namun kalau yang ini sudah berhasil, tapi tetap saja ditolak,” paparnya.

Kisah pupus cinta Ki Joko Dongos tersebut nampaknya tidak menjadikan kehinaan baginya namun menjadikannya tokoh yang luar biasa karena kesaktiaannya. Dan hasil jerih payahnya kini bisa dinikmati oleh masyarakat disepanjang aliran irigasi yang ia buat.

“Itu, bisa mengaliri ladang sekarang dan sebagai penghormatan warga, selalu menjaga terowongan air ini bersama pemerintah desa,” papar Kepala Desa Gegeran, Sugeng Hariadi.

Sugeng berharap pihak terkait ataupun investor wisata bisa datang ke desanya untuk mengembangkan situs bersejarah milik desa Gegeran itu.

“Kita terbuka terhadap siapa saja yang mau membantu melestarikan dan mengembangkan serta menjadikan situs ini sebagai lokasi wisata,” tuturnya.

Sugeng menambahkan keunikan dari terowongan air ini adalah tidak adanya desa di Ponorogo yang mengalirkan air dibawah tanah dengan panjang 800 meter dengan 3 titik fentilasi. Selain itu, saluran air bawah tanah ini memiliki dinding-dinding seperti goa yang sangat indah.

“Ini hanya ada di Desa Gegeran,” pungkasnya.

Sebagai informasi, untuk menuju kelokasi tersebut anda bisa menempuh perjalanan sekitar 15 menit ke arah barat kota Ponorogo dan menuju desa Gegeran. Dari Balai desa Gegeran anda bisa menempuh jarak 200 meter untuk sampai ke lokasi.

Di lokasi tersebut, anda akan disuguhi bendungan Mangge, areal persawahan yang hijau, dan bukit Mangge yang terletak tidak jauh dari situs irigasi yang bersejarah tersebut.

Share This: