Kumandanging Jagad Sarmoroto, Kemeriahan Kolosal Yang Pungkasi Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018

Ponorogo Tourism

Kumandanging Jagad Sarmoroto, Kemeriahan Kolosal Yang Pungkasi Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018

Tari Kolosal “Kumandanging Jagad Sarmoroto” menjadi pemungkas malam puncak Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018 di Monumen Bantarangin, Somoroto, Kauman, pada Selasa malam (9/10).

Somoroto, Kauman – Sebanyak lebih dari tiga puluh item event dalam rangkaian besar Grebeg Suro 2018 resmi berakhir pada Selasa malam (9/10). Dalam event bertajuk Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018 yang bertempat di kutha kulon Somoroto, Kauman, digelar berbagai acara sejak Kamis (4/10). Sejumlah acara berpusat di situs sejarah Monumen Bantarangin, termasuk malam puncak yang telah dimulai sejak sore hari dengan diselenggarakannya Kirab Budaya Bantarangin.

Dalam acara puncak tersebut, hadir Wakil Bupati Ponorogo, Sudjarno, yang didampingi oleh Camat Kauman, Joko Waskito, serta jajaran pejabat Forkopimka Kauman. Selain itu, sejumlah kepala desa di wilayah eks-PB Somoroto juga nampak hadir di tengah ribuan masyarakat dan pengunjung yang menyemut di halaman Monumen Bantarangin.

Acara diawali dengan beberapa penampilan oleh para seniman-seniman cilik dan remaja dari sejumlah sanggar tari maupun sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kauman dan sekitarnya. Selain dari seniman-seniwati lokal, malam puncak Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018 turut dimeriahkan oleh penampilan spesial dari kelompok seniman musik etnik Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Kirab Budaya Bantarangin, dilaksanakan sore hari sebelum malam puncak Grebeg Tutup Suro Bantarangin 2018. Kirab mengambil rute mengelilingi kawasan kutha kulon dan berakhir di Monumen Bantarangin.

Ribuan masyarakat dan pengunjung tampak menyemut memadati halaman Monumen Bantarangin.

Wabup Sudjarno, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas perkembangan event Grebeg Tutup Suro Bantarangin yang terus terlihat dari tahun ke tahun. Ia mendorong agar Monumen Bantarangin terus dimanfaatkan untuk menggelar acara-acara yang meriah, dengan tujuan untuk dapat menarik minat wisatawan luar daerah agar datang berkunjung.

“Panggung dan juga kawasan monumen yang sebesar ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Event seperti ini, kita harapkan nantinya akan mendukung percepatan dan peningkatan perekonomian bagi masyarakat sekitar kawasan ini. Dengan banyaknya sanggar seni dengan potensi yang sedemikian bagus, apabila mau bersama-sama memanfaatkan Monumen Bantarangin ini, bukan tidak mungkin tempat ini akan semakin cepat terkenal”, jelas Wabup Sudjarno.

Menutup acara puncak tersebut, Wabup Sudjarno menyerahkan topeng kepala dhadhak merak kepada salah seorang pembarong muda. Hal tersebut sebagai penanda bahwa Ponorogo, utamanya kawasan kutha kulon Somoroto sangat peduli dan mendorong peningkatan kualitas kaderisasi seniman di kalangan generasi muda.

Pesta kembang api di penghujung penampilan Kolosal “Kumandanging Jagad Sarmoroto” memukau pengunjung dan menutup acara dengan meriah.

Sebagai sajian utama sekaligus penutup, ditampilkan sebuah pertunjukan tari kolosal bertajuk Kumandanging Jagad Sarmoroto yang diproduksi oleh para seniman-seniwati sanggar Kawulo Bantarangin. Penampilan tersebut terinspirasi dari geliat dan dinamika kehidupan di Pasar Somoroto sebagai pusat perekonomian dan bertemunya nilai-nilai sosial masyarakat kutha kulon. Menampilkan puluhan seniman-seniwati muda andal, sajian meriah tersebut mampu menghibur masyarakat dan pengunjung yang rela duduk manis hingga menjelang tengah malam tersebut. – NM

LIHAT FOTO-FOTO KIRAB BUDAYA BANTARANGIN DAN MALAM PUNCAK GREBEG TUTUP SURO BANTARANGIN 2018 SELENGKAPNYA

Share This: